Apa Yang Salah dengan Liverpool?
Pelatih The Reds, Arne Slot secara terang-terangan mengungkapkan dirinya sedang bingung. The Reds baru saja dipecundangi klub asal belanda PSV Eindhoven dengan skor mencolok 1-4 di Anfield, Kamis (27/11/2025) dini hari.
Hasil tersebut telah menjadi mimpi buruk menyakitkan bagi Liverpool. Sebab ini merupakan kekalahan kesembilan mereka dalam 12 pertandingan terakhir.
Musim The Reds kini telah berada di fase gallows humour. Situasi di mana seluruhnya terasa begitu suram hingga hanya bisa ditertawakan.
Tim ini terlihat seperti kapal karam yang tak tertolong. Slot sendiri tampak seperti nakhoda yang sibuk mengamati kerusakan mesin saat kapal mulai tenggelam.
Kapten yang Hilang Arah
Virgil van Dijk sebelumnya meminta tim untuk kembali ke dasar permainan (back-to-basics). Namun, sang kapten justru melakukan hal sebaliknya di lapangan.
Van Dijk melakukan handball konyol ala pemain bola basket. Ia kemudian memprotes wasit dengan arogan saat penalti diberikan.
Performa bek Belanda ini benar-benar di luar nalar. Ia berputar-putar seperti robot rusak saat proses gol ketiga PSV terjadi.
"Lakukan hal-hal yang mendasar, sederhanakan semuanya," ujar Van Dijk sebelum laga.
Ironisnya, Van Dijk justru menjadi barometer kekacauan tim. Iklan liburannya yang tayang saat jeda babak pertama bahkan terasa sangat tidak sensitif dengan situasi tim.
Masalah di Pertahanan Saja?
Liverpool saat ini menjadi tim yang sangat mudah ditebak. Mereka kalah tenaga dan kalah lari di hampir setiap pertandingan.
Gol kedua dan ketiga PSV mengekspos kelemahan fatal di sisi kanan The Reds. Mohamed Salah yang enggan turun membantu pertahanan menjadi titik lemah.
Pemain lawan dengan mudah melewati sisi tersebut. Bermain di belakang Salah kini menjadi definisi penderitaan bagi siapa pun bek kanan yang bertugas.
Ibrahima Konate juga tampil di bawah standar. Ia terlihat kehilangan kepercayaan diri dan kondisi fisik yang prima.
Namun, Konate terpaksa terus bermain. Penjualan Jarell Quansah dan minimnya stok bek tengah membuat Slot tak punya pilihan lain.
Hilangnya Identitas 'Klopp'
Masalah mendasar Liverpool sebenarnya sangat jelas terlihat. Era Jurgen Klopp sukses karena intensitas tinggi yang "militan".
Kini, intensitas itu lenyap tak berbekas. Liverpool menjadi tim yang kurang bertenaga dan kehilangan identitas pressing mereka.
Banyak pemain baru masuk, namun justru mendilusi semangat kolektif tim. Tidak ada metode jelas, tidak ada chemistry, hanya potongan-potongan bakat mahal yang dipaksa bersatu.
Arne Slot kini menghadapi pertanyaan besar. Apakah ia bisa memperbaiki situasi yang tidak jelas masalahnya apa ini?
Transfer Mahal Tapi Tanpa Dampak Besar
Liverpool mengguncang dunia saat memecahkan rekor transfer Inggris. Mereka mendatangkan Alexander Isak seharga £130 juta dari Newcastle United.
Ditambah pembelian Florian Wirtz senilai £100 juta, ekspektasi publik melambung tinggi. Liverpool berharap Isak menjadi penyerang transformatif.
Sayangnya, realita berkata lain. Isak kalah dalam empat laga pertamanya sebagai starter, rekor terburuk sejak 1906.
Pemain asal Swedia ini belum mencetak gol di liga. Ia bahkan jarang terlibat dalam skema serangan yang dibangun tim.
Pun demikian dengan Wirtz. Datang dengan banyak harapan, gelandang Jerman tersebut justru lebih banyak hilang dalam permainan.
Dosa Transfer Tanpa Pramusim
Fakta pahitnya, transfer Isak adalah sebuah bencana besar. Liverpool memaksakan transfer ini meski sang pemain mogok latihan di Newcastle.
Isak datang tanpa menjalani pramusim sama sekali. Ia tidak fit dan sama sekali belum siap untuk masuk ke dalam sistem permainan Slot.
Situasi ini mirip dengan pembelian Federico Chiesa musim lalu. Bedanya, Liverpool kini enggan mengistirahatkan Isak untuk memulihkan kondisi fisiknya.
Risiko besar yang diambil manajemen kini menjadi bumerang. Liverpool harus mengakui bahwa perjudian mahal mereka telah gagal total.
Membutuhkan Reset Total
Semua situasi ini menempatkan Liverpool dalam bahaya nyata. Melihat posisi mereka di liga, gagal lolos ke Liga Champions musim depan bukan lagi ketakutan fana. Jika itu terjadi, bencana finansial akan menghantui klub yang baru saja belanja besar-besaran ini.
Menjual talenta muda seperti Jarell Quansah dan menggantinya dengan penyerang yang tidak siap pakai adalah sebuah blunder strategi. Manajemen harus segera mengakui kesalahan ini sebelum terlambat.
Arne Slot kini memimpin kapal yang perlahan tenggelam tanpa perbaikan yang jelas. Jika tidak ada perubahan drastis atau "hard reset", era Slot bisa berakhir bahkan sebelum benar-benar dimulai.
Post a Comment